Minggu, 07 Agustus 2011

My STORY | Gunung Bawakaraeng 2830 mdpl

MULUT TUHAN, PENUH PENDAKI KOTOR. 


Mulut Tuhan disini adalah terjemahan dari bahasa Makassar yang berarti “Bawakaraeng”. Berbicara tentang Bawakareng, pasti tidak pernah luput dari ingatan dari kata Gunung yang berada di provinsi Sulawesi Selatan. Gunung Bawakaraeng merupakan sebuah Gunung yang terletak di Kabupaten Gowa yaitu dusun Lembanna, kelurahan Bulutana, kecamatan tinggi Moncong dengan ketinggian 2830 mdpl, dan secara astronomis terletak pada 119056’40’’ BT dan 05019’01’’ LS. Gunung ini memiliki jarak sekitar 150 km arah tenggara kota makassar, dan memiliki dua jalur pendakian umum diantaranya jalur pertama yang dimulai dari dusun Lembanna, dan jalur kedua yang merupakan jalur Lintas antara Gunung Lompo battang tepatnya berada di desa Tassoso kec. Tompo Bulu’ Malino ( Kab. Gowa ). 

Tepatnya tanggal 03 s/d 06 Juni 2010 sebelum memasuki bulan Ramadhan, saya dengan beberapa rekan se-profesi saya yang nota bene-nya adalah Mahasiswa Pecinta Alam melakukan pendakian ke Gunung Bawakareng bersama saat itu. Mereka adalah Iccank, Ebol, Rampo, Ribon yang berasal dari Mapala Handayani, Ayu yang berasal dari Mapala Nitro Afiliasi Fajar, dan saya sendiri dari Mahapati. Perjalanan ditempuh selama 4 jam untuk tiba di perkampungan desa Lembanna’ dengan menggunakan Mobil pribadi teman saya Ivan dan beberapa rekan saya yang non Mapala diantaranya adalah Rian, dan Alvi yang dengan setia rela mengantar kami saat itu. Pukul 24.00 kami tiba di desa Lembanna dan langsung bergegas menuju rumah Tata Ansar untuk camp dan beristirahat di situ, sambil menunggu esok harinya untuk start menuju puncak Bawakaraeng. Meski suhu di desa Lembanna sangat dingin berkisar antara 170 C hingga maksimum 250C, tidak lupa kami menghidangkan makanan, Kopi panas dan Rokok kepada rekan kami yang mengantar sebelum mereka meninggalkan kami dan meninggalkan desa Lembanna kembali ke tempat tujuan masing-masing. Pukul 01.30 wita,.. Rian, Alvi (Yonas), dan Ivan meninggalkan Desa Lembanna dan selebihnya kami yang ingin melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bawakaraeng, beristirahat penuh mengumpulkan tenaga untuk mempersiapkan fisik sebelum kami beraktivitas esok harinya. Tanggal 4 Juni 2010 tepatnya pukul 08.00 pagi harinya, sebelum berangkat menuju Puncak Gunung Bawakaraeng, Tim mengadakan breefing di teras halaman Tata Ansar dan tidak lupa berdoa bersama-sama menurut agama dan kepercayaan masing-masing. 

Setelah selesai berdoa, Tim bergegas melakukan pendakian dengan berjalan kaki dengan Tas carrier dan Tas Daypack di pundak, menuju Pos I sebagai tempat jeda sebelum melanjutkan perjalanan ke pos-pos berikutnya. Sepanjang perjalanan menuju pos I, kami disuguhkan dengan keindahan alam perkebunan sayur milik penduduk. Diantaranya adalah Sawi, Tomat, Bawang Putih, dan Kentang yang terlihat secara kasat mata saat itu, beberapa Flora tumbuhan Pinus dan Santigi, serta beberapa patahan batang Pohon besar yang sering menjadi penghalang perjalanan kami selama melewati setapak jalanan dengan medan yang begitu terjal. 

Lokasi Pos 1 Gunung Bawakaraeng.
Tim tiba di Pos 1 pukul 09.30, dan tidak berapa lama sekitar jeda 2 menit, TIM langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 3. Sepanjang perjalanan menuju Pos 3, salah satu anggota Tim bernama Ayu sudah mulai merasa kelelahan dan kedua kakinya sudah mulai terasa perih dan Kram saat itu. 

Lokasi pos 3. Gunung Bawakaraeng.
Akhirnya pada saat tiba di Pos 3, TIM memutuskan beristirahat sekitar 2 jam sebelum melanjutkan perjalanan ke Pos 5. Waktu yang ditempuh Perjalanan pos 1 ke pos 3 sekitar kurang lebih dari 1,5 jam. Selama berada di Pos 3, saya dan Tim melakukan aktivitas memasak, menghidangkan Kopi, Teh, dan Susu Panas saat itu. Karena perlu anda ketahui juga, bahwa di Pos 3 terdapat sumber air yaitu sungai kecil dengan aliran airnya yang sangat jernih. Selain itu, Tim juga melakukan aktivitas streeching, berfoto bersama, dan merokok bersama sebelum melanjutkan perjalanan. 




Setelah sekian lama beristirahat di Pos 3, Tim akhirnya melanjutkan perjalanan menuju pos 5 pada pukul 12.30 wita. Suasana mulai berbeda sepanjang perjalanan dari Pos 3 ke Pos 5, ketika terlihat beberapa Pohon Pinus dan Rotan yang memiliki batang sangat besar dengan daun yang sangat lebat sebagai pelindung Sinar Matahari yang tidak mengenai tubuh kami atau boleh dikatakan sepanjang perjalanan aktivitas sinar matahari tidak terlalu terik selama Tim melakukan perjalanan. Di samping itu ,terlihat juga lumut-lumut yang tumbuh disekitar batang pohon, tumbuhan paku, serta beberapa spesies tumbuhan lainnya yang ada di sekitarnya atau pada dasarnya Hutan ini termasuk Hutan Hujan Basah. Perjalanan ke Pos 5 memakan waktu yang cukup lama disamping karena medan untuk jalur pendakian yang begitu terjal, dan kemiringan medan kurang lebih 55 derajat saat itu. Bonus atau Jalur pendakian Landai mulai terasa antara jarak sekitar 1 kilo menuju Pos 5. 

Lokasi pos 5. Gunung Bawakaraeng

 Akhirnya pada pukul 15.50 kami tiba di Pos 5, perjalanan yang ditempuh berdasarkan jam tangan saya saat itu adalah kurang lebih 3,5 jam untuk pendakian santai. Di pos 5 Tim beristirahat dan berbagi tugas mempersiapkan menu makan siang pada saat itu. Saya dan Rampo mengambil Air di sungai yang letaknya berada di bawah pos 5 dengan jarak tempuh kurang lebih 600 meter, dan selebihnya ada yang mempersiapkan menu makanan, dan peralatan masak yang ingin digunakan, seperti Tranggia, Kompor portable, Nesting, dll. Suasana pos 5 disini jika ditinjau dari segi keindahan alamnya, mungkin tidak lagi indah akibat kebakaran hutan yang terjadi di tahun 2002 silam. Hanyalah lahan gersang, batu-batuan besar dan rumput-rumputan lebat serta patahan batang pohon yang terlihat di Pos 5 pada saat itu. Selebihnya hanyalah bibit pohon Pinus dan Mangrove hasil kegiatan penghijauan Mahasiswa Pecinta Alam se makassar tahun 2009, yang tertanam belum begitu besar disana. Saya juga teringat dengan perkataan salah satu senior saya di Mahapati yaitu La Ode Rizal Mustafa, amd, mengemukakan bahwa : ”Pos 5 di tahun 1999 lebih cenderung dan familiar dengan Hutan produksinya, serta populasi faunanya seperti Babi Hutan ( Susvitaus ), dan Anoa. 

Pukul 16.30 wita Tim telah menyelesaikan proses makan siang, dan hendak ingin melakukan perjalanan menuju Pos 6. Tapi sesaat sebelum kami berbenah untuk melakukan Packing peralatan, Tiba-tiba saya dan Tim di guyur Hujan dan Kabut tebal yang menutupi seluruh daerah Pos 5 saat itu. Akhirnya saya dan Tim memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan tetap bertahan memutuskan melakukan camp ke-dua di Pos 5. 

 Saya dan Tim segera bergegas menuju Sungai kecil tepatnya berada di bawah lokasi Pos 5 guna untuk menghindari Hujan dan kabut tebal, dan memutuskan untuk memasang tenda dan camp di sekitar sungai Pos 5 hingga menjelang malam dan keesokan hari-nya. Pukul 19.30 atau tepatnya pukul stengah 8, Tim melakukan breefing evaluasi. Dan setelah breefing kami membagi tugas untuk persiapan menu makan malam, dan selebihnya ada yang mencari kayu bakar untuk dijadikan Api Unggun, lantaran suhu pada malam hari di Pos 5 sangat-lah dingin. Keesokan harinya tepatnya pukul 09.00 wita Tim melanjutkan perjalanan menuju pos 6. Jalur pendakian dan halang rintang hasil tumbangan pohon dan batuan yang sangat besar membuat saya dan Tim merasa jenuh dengan keadaan yang terjadi pada saat itu. Jalur yang terus tracking, membuat kami hampir putus asa melanjutkan perjalanan. Tapi dengan motivasi dan Niat serta semangat dari rekan-rekan se Tim, tidak menjadikan kami jera untuk terus berjalan sampai suatu tujuan.

Akhirnya tibalah saya dan Tim di pos 6 pukul 10.05 dan sejenak kami beristirahat selama 10 menit, berfoto bersama kemudian melanjutkan perjalanan menuju pos 7. Tim akhirnya melanjutkan perjalanan menuju pos 7 pada pukul 10.20. Sepanjang perjalanan menuju pos 7, terlihat vegetasi Hutan sudah mulai berubah sepanjang perjalanan. Kami menemukan spesies tumbuhan seperti : Strowberi Hutan, Tai Angin, Pohon Mapel dan masih banyak lagi vegetasi hutan lainnya yang hidup di sekitar itu. Tim akhirnya Tiba di Pos 7 pada pukul 12.00 dan sejenak beristirahat melepas lelah sekitar 30 menit dan melanjutkan perjalanan menuju Pos 8. Disaat kami sedang enjoy berada di Pos 7 tidak lupa juga saya dan beberapa Tim menikmati minuman Nutri sari yang di dalam botol minuman masing-masing dan tidak lupa berfoto ria di lokasi pos 7. Kami juga menemukan beberapa sesajen yang di taruh di sudut-sudut batu ulah masyarakat penduduk di sana yang masih percaya dengan dunia alam gaib. Setelah selesai rehat, Tim melanjutkan perjalanan menuju pos 8. Sebenarnya jarak antara pos 7 ke pos 8 tidak terlalu jauh. Tetapi lantaran di daerah tersebut mengalami Longsor pada tahun 2004, makanya jarak ditempuh yang dulunya dengan berjalan kaki hanya 1 jam menjadi 3 jam akibat longsor tersebut yang mengubah kondisi alam dan jalur pendakian di sekitar daerah tersebut sulit untuk dilewati. Nyanyian hewan kecil dan burung-burung yang hinggap di dahan pohon mulai terasa dan terdengar ketika kami melakukan perjalanan menuju pos 8. Terlihat juga beberapa in Memorian para pendaki yang meninggal karena Badai di sepanjang kami berjalan menuju Pos 8. Saya dan Tim akhirnya tiba di Telaga Bidadari tepatnya pos 8 Gunung Bawakaraeng dan akhirnya kami memutuskan untuk rehat sekitar 1 jam mengembalikan tenaga kami, dengan makan siang di Pos 8. Suasana yang begitu indah dengan balutan suara desiran deras air yang mengalir begitu kencang menemani santapan siang kami di pos 8 saat itu. Hanya yang jadi masalah, di lokasi pos 8 kondisi tempat beristirahat atau melakukan camp ditempat sudah tidak terawat lagi. Terlalu banyak sampah-sampah yang bertebaran dan berhamburan sekitar-nya.Sungguh moment yang kurang mengasyikkan di pandang Mata. Mulut Tuhan yang awal-nya indah, sekarang diabaikan kebersihan-nya karena terlalu banyak-nya pendaki-pendaki yang tidak bertanggung jawab. Atau dengan kata lain, Mulut Tuhan penuh PENDAKI KOTOR. Begitulah sekilas info lokasi pos 8.

Pos 10. G bawakaraeng
Akhirnya setelah santap siang, saya dan Tim bergegas melanjutkan perjalanan menuju pos 10. Keindahan padang gurun Edelweis terlihat sepanjang perjalanan beserta dengan pemandangan terbuka oleh hamparan bukit dengan balutan Awan putih menuju pos 10 saat itu. Langkah kaki kami sempat terhenti beberapa kali, seraya selalu ingin melakukan foto bersama menikmati indahnya pemandangan alam sepanjang jalan pos 10. 





Hehehhe.. Ada yang berfoto dengan cara selfy ada juga yang ingin bareng, bahkan salah satu rekan kami bernama Rampo dan Iccank sampai harus mencari suasana yang pas untuk dijadikan background fotox disana. Tidak terasa, pukul 16.30 akhirnya saya dan tim Tiba di pos 10 atau puncak gunung Bawakaraeng. 

Tranggulasi Gunung Bawakaraeng
Kami langsung melepas Carrier di pundak dan meletakkannya di tempat camp yang kami sudah pilih sebelumnya, dan segera menuju Puncak untuk sujud syukur dan berfoto bersama-sama. Saya berpikir hanya kami saja yang melakukan pendakian ke Gunung Bawakaraeng sebelum bulan Ramadhan. Ternyata begitu banyaknya para pendaki dan Mapala yang kami dapati di puncak melakukan pendakian juga yang bertepatan dengan schedule kegiatan kami saat itu. Kami juga bertemu dengan Bang Nevi bersama dengan rombongannya dari Mapala Nitro rekan satu organisasi dari salah satu rekan kami yang melakukan pendakian bersama bernama Ayu saat itu dan tidak lupa kami saling berjabat tangan satu sama lain saat itu. 

Setelah saya dan Tim selesai berfoto bersama di Tranggulasi puncak, tidak lupa juga kami meluangkan waktu untuk berfoto bersama dengan para pendaki dan Mapala lainnya termasuk mapala Nitro yang tepat berada bersama kami di Tranggulasi Gunung Bawakaraeng.
Kami sangat menikmati indahnya Panorama alam terbuka di Gunung Bawakaraeng saat itu. Mulai dari keindahan alam lingkungan sekitarnya, Awan tebal-putih yang seolah berada diatas kami, menyaksikan fenomena Sunshine lebih dekat, hingga berakhirnya suasana petang menjadi Malam. 

Akhir kata dari Saya sebagai Penulis, “ Meskipun penuh Mistis, kearifan agung Gunung Bawakaraeng tidak pernah hilang dan selalu terjamah oleh manusia. Hanya terkadang, para pecinta alam Makassar masih banyak yang lalai untuk menjaga kebersihan Mulut Tuhan sebagai rumah-nya sendiri".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar