Senin, 31 Agustus 2015

Menjadi Terang dalam Kasih-nya.

ILUSTRASI KRISTIANI :

Seorang ibu muda baru saja pulang kerja sekitar pukul 4 sore, dan seperti biasa ia segera disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, menyiapkan makan malam untuk suami dan seluruh keluarganya. Tidak ingin konsentrasinya terganggu oleh anak laki-lakinya, ia menyuruh anaknya itu untuk bermain di luar bersama teman-temannya, dengan satu pesan, “Bermainlah di bawah lampu itu saja, jangan pergi kemana-mana,” seraya menunjuk lampu besar di pinggir jalan tak jauh dari rumahnya.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, dan si anak pun terbiasa bermain bersama teman-temannya di bawah lampu tersebut. 


Sampai suatu hari salah seorang teman anak itu mengajaknya pergi bermain lebih jauh, jauh dari lampu itu. Si anak menolak karena mengingat pesan sang ibu untuk tidak menjauh dari lampu jalan tersebut. 

Namun temannya terus mengolok-oloknya sehingga akhirnya ia mengikuti ajakan temannya untuk pergi lebih jauh. Semakin jauh mereka pergi, hati si anak laki-laki itu menjadi gelisah. Terngiang-ngiang pesan sang ibu di telinganya. Hari pun semakin gelap, dan hatinya semakin gelisah. Akhirnya ia memaksa temannya untuk kembali pulang, kembali ke lampu tadi. 


Ketika mendekati lampu itu, dari kejauhan si anak melihat seseorang berdiri di bawah lampu jalan itu dengan tak kalah gelisahnya. Semakin mendekat, si anak pun mengenali bahwa itu adalah ibunya yang berdiri di bawah cahaya lampu jalan tersebut. Jantungnya berdegup makin kencang. “Oh, tidak, aku pasti kena marah,” katanya dalam hati. Dengan ragu ia memberanikan diri mendekat ke arah lampu itu. Seketika sang ibu melihat anak laki-lakinya datang, ia langsung berlari menghampiri, merengkuh dan memeluk anaknya itu. “Kamu kemana saja? Ibu kuatir sekali…”
Sekilas si anak melihat air mata menetes di wajah ibunya. Dan ia pun berjanji dalam hati untuk tidak lagi melanggar perintah ibunya.

Seringkali dalam kehidupan kita, sengaja atau tidak sengaja, kita pergi menjauh dari terang Allah. Entah karena godaan dunia, rasa bersalah, kelalaian, atau alasan apapun. Semakin kita menjauh dari terang itu, semakin gelisah hati kita. Hidup kita tidak tenang, dan banyak permasalahan yang kita hadapi. Kita pun takut untuk kembali, seperti kisah anak yang hilang dalam Lukas 15. Dia senantiasa menunggu kita untuk kembali ke dalam terang itu. Kapan pun dan dalam keadaan apapun kita datang kembali kepadaNya, Dia tetap akan menyambut kita, merengkuh kita dalam pelukan kasihNya.

Tidak ada satu hal pun yang kita lakukan yang dapat mengurangi kasih Allah kepada kita; kasihNya tetap tidak berubah sampai selamanya. Melainkan menjadi terang di dalam kasih-nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar