Bhinneka Tunggal Ika membingkai sebuah sejarah masyarakat Indonesia dari semua lapisan kehidupan suku, ras, budaya, dan Agama. Sejarah terletak pada sistematika dan tidak terletak pada sistem kronologis, "kemunculan dan kejatuhan - kehadiran dan kepergian", yang sesungguh-nya merupakan peristiwa dengan sistematika alami.
![]() |
Gambar 1. Masyarakat adat POLAHI tahun 1997 by : Verrianto M |
Ada banyak jenis kegiatan yang diadakan oleh para pecinta alam dalam rangka menyambut HUT Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Identiknya pasti berkaitan dengan pengibaran sang saka merah putih yang melambangkan kemerdekaan RI. Pecinta Alam dari beberapa instansi dan organisasi yang ada di Indonesia yang terpecah belah dari beberapa provinsi setiap daerah. Lebih erat mengadakan kegiatan Hut Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 90% tepatnya diatas gunung, 7% diatas dan dibawah laut, dan 3% nya di lingkup luar dalam sekitar Goa.
Kali ini saya berada dikota Gorontalo, kota yang dikenal dengan julukan negri Serambi Medina ini, ingin berbagi cerita tentang nuansa harmonisasi perayaan Hut Proklamasi RI ke- 70 thn yang diadakan oleh para pecinta alam di Gorontalo.
Mapala Alaska Fakultas Teknik Universitas Negri Gorontalo yang ditunjuk sebagai Tuan rumah panitia pelaksana Hut Proklamasi RI yang ke-2 kalinya menyatakan sikap, bahwa kegiatan Hut Proklamasi RI yang akan digelar di halaman masyarakat adat POLAHI tepatnya berada diatas sekitar pegunungan Boliyohuto kecamatan Paguyaman, Kab. Boalemo kota gorontalo merupakan suatu wujud simpati memperkenalkan kemerdekaan Indonesia guna mengubur traumanisme masa lalu akibat sistem penerapan pajak penjajahan kolonial Belanda.
Catatan Singkat mengenai Masyarakat adat POLAHI :
Masyarakat adat POLAHI sangat dikenal dengan ''Perkawinan SEDARAH'', atau kawin dengan keluarga sendiri yang masih sedarah. Mungkin jika anda browsing di dumay, seputar artikel POLAHI beserta dengan kehidupan-nya. Didalam-nya masih terdapat informasi yang masih menyimpang seputar kehidupan masyarakat adat POLAHI.
Gambar 2. Ronald Djou dan warga Polahi dokumentasi 16 agustus 2015 |
Hasil wawancara saya dengan RONALD DJOU salah satu anggota Mapala Alaska sekaligus guide dan penanggung jawab kegiatan Hut Proklamasi RI mengemukakan, bahwa informasi seputar POLAHI banyak mengalami kejanggalan fakta dengan kehidupan POLAHI sebenarnya.
Beberapa artikel penulis dikemukakan Ronald Djou yang masih menyimpang adalah sebagai berikut.
- Didalam artikel beberapa penulis banyak yang menyebutkan bahwa POLAHI adalah sebuah ''Suku terasing''. Padahal disitu sudah definisikan bahwa POLAHI, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah PELARIAN. Sama halnya jika diterjemahkan dalam kamus Bahasa Gorontalo oleh alm. Mansoer Pateda, artinya pun sama, bahwa POLAHI asal kata Lahi-Lahi adalah "sedang dalam PELARIAN''... Kata Ronal Djou : Biasa aja kalee penyebutan-nya !!!, cukup bilang '' Warga POLAHI atau Masyarakat adat POLAHI'' saja, ujarnya.
- "Warga POLAHI berpindah-pindah tempat dengan alasan jika salah satu diantara mereka ada yang meninggal, sebenarnya itu adalah informasi dari sumber yang salah !!. ''Melainkan mereka berpindah-pindah tempat lantaran kondisi lingkungan sekitar tempat mereka tinggal, tidak layak lagi dijadikan tempat untuk hidup".Ungkap Ronal Djou, disela-sela aktivitasnya sedang menyulam sebuah handmade berbahan goni.
- Kata Ronald Djou kembali kepada saya pada saat mewancarai beliau. Bahwa selain itu juga, sebenar-nya, masyarakat adat Polahi sudah berbusana layaknya manusia modern dan tidak pernah meminta uang jika diajak berfoto bersama.
- Pesan Ronald Djou : Hati-hati jika ingin berkunjung dan melakukan penelitian disana, karena banyak oknum-oknum yang memanfaatkan situasi mencari uang dengan berkedok seakan-akan mereka adalah masyarakat adat POLAHI. Mending cari guide yang benar-benar pernah kesana, ujar Ronald Djou kembali.
Back to Kronologis Trip 17an :
Tanggal 15 Agustus 2015, saya selaku tamu perwakilan Organisasi Mahasiswa pecinta Alam Mahapati dari Makassar, beserta crew panitia yang lainnya dari Mapala Alaska dan dua tamu dari Mapala Aestetica UNIMA Tondano-Manado saudara Ammi, dan Khiky dari KPA Kapalang Langoan-Sulut, berangkat lebih awal guna memastikan kondisi tempat kegiatan HUT Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang akan digelar tanggal 17 Agustus 2015 bisa berjalan dan tertata dengan baik.
Dan berdasarkan hasil meeting panitia sebelum-nya juga bahwa : waktu, lokasi upacara bendara, dan tempat camp para undangan, harus sudah siap lebih awal sebelum pelaksanaan kegiatan tiba.
Pukul 19.00 Wita saya dan crew panpel tiba di Desa WONOSARI tepatnya di rumah Hany salah satu anggota Mapala Alaska untuk bersantai sejenak sambil menikmati hidangan santap Malam.
Setelah dari rumah Hany, saya dan crew panpel melanjutkan perjalanan menuju Desa Bina Jaya dibawah kaki pegunungan Boloyohuto kec. Paguyaman, kab. Boalemo.
Sekedar Informasi sebelum melanjutkan perjalanan, semua crew sudah dibagi menjadi 2 TIM.
Saya dan Crew panpel di Tim 1 yang terdiri dari : Orin, Lian, Ahmad, Uun, Ari, Agus dari Mapala Alaska atau selaku panpel dan Ammi' dari Mapala Aestetica UNIMA Tondano-Sulut, dan sisa panitia lainnya ada di TIM 2 sebagai penjemput tamu dan lain-nya.
Pukul 24.00 Wita, malam hari saya dan crew Tim 1 tiba di desa Bina Jaya dan melanjutkan perjalanan menuju sungai ke 3 tetapnya dititik sungai Air terang pertama pegunungan Boliyohuto, guna melaksanakan Camp 1 disitu.
Catatan kecil : Dikatakan sungai Air terang" karena sungai-sungai yang ada disekitar wilayah itu mulai dari kaki gunung hingga perbatasan tempat tinggal masyarakat adat POLAHI, sangat keruh dan berlumpur, akibat masyarakat dibawah kaki gunung sering melakukan penambangan emas disepanjang perairan sungai tersebut. Mungkin satu, atau dua sungai saja yang perairan-nya jernih.
Pukul 02.00 saya dan crew panitia pelaksana tiba di Camp 1, sungai air terang. Kami melaksanakan camp 1 disitu, istirahat full dan keesokan pagi-nya melanjutkan aktivitas menuju tempat tinggal masyarakat adat POLAHI.
Keesokan pagi-nya tepatnya pukul 09.00 tanggal 16 Agustus 2015, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat tinggal masyarakat adat POLAHI. Sepanjang perjalanan saya dan crew mengalami kendala cepat lelah yang menyita waktu cukup banyak akibat jalur medan yang cukup terjal dilewati. Cucuran keringat, serta beratnya beban yang di bawa, tak membuat saya dan crew patah semangat menyusuri jalan yang dilalui serta halang rintang-nya.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10.35 wita, saya dan crew tiba di sungai air terang 2. Disitu saya dan crew agak lama beristirahat mungkin sekitar 25 menit, karena salah satu crew panpel bernama Orin mengatakan, bahwa ''perkampungan tempat tinggal masyarakat adat POLAHI so dekat paling sekitar 15 menit kang", ujar-nya dgn logat sulut.
Gambar 3. Lokasi Sungai |
Pukul 11.30 wita akhirnya saya dan crew tiba di perkampungan masyarakat adat POLAHI. Sebuah senyuman kecil dari jauh sang lelaki beserta keluarganya melepas lelah kami, setelah kurang lebih 3 jam berjalan. Ternyata sang lelaki itu adalah Si Raja, orang yang dituahkan disitu yang mampu memimpin masyarakat adat POLAHI.
Saya sempat kaget melihat telepon genggam/handphone ditangan sang Raja, setelah mereka menyambut kami dan duduk bersama-sama beristirahat di kediaman-nya menikmati satu, dua, tiga batang rokok Surya saat itu.
Sangat saya tidak percaya, bahwa orang-orang POLAHI disini sudah modern, ditambah lagi dengan Speaker dan Televisi di dalam kediaman tempat mereka.. Haduuhhh, sangatlah disayangkan jika mereka dikatakan orang primitif. Dalam hati saya hanya berkata, ''Wow.. kerenn''.
Setelah sekian lama duduk berbincang bersama Raja dan keluarga-nya, akhirnya sebagian crew ada yang tidur siang, ada juga yang mempersiapkan tempat dan peralatan upacara sambil menunggu tim penjemput setiap kloternya yang datang beserta para undangan.
Pukul 17.00 wita kloter 1 yang di promotori saudara Ronald Djou, tiba di perkampungan masyarakat adat POLAHI tepat-nya di kediaman rumah Raja.
Disusul kloter 2 yang dipromotori saudara Qionk yang membawa para undangan 33 orang tiba pada pukul 20.00 wita. Dan beberapa kloter-kloter lainnya yang dibawa panitia hingga menjelang subuh.
______________________________________________________________________________________
Tanggal 17 Agustus 2015 upacara pengibaran sang saka bendera MERAH PUTIH berlangsung pada pukul 09.00 wita yang diikuti sekitar 50 peserta para pecinta alam Gorontalo. Upacara pengibaran merah putih dilaksanakan pekarangan rumah masyarakat adat POLAHI, tepat-nya di rumah Raja yang berlangsung hikmah dan aman. Suasana rasa haru bercampur sedih ketika sang saka merah putih dikibarkan.
Sempat juga terjadi beberapa insiden lucu pada saat upacara pengibaran bendera berlangsung. Antara lain lupa lirik lagu, lupa gerakan tata cara upacara pengibaran bendera, juga masyarakat adat Polahi yang melakukan upacara terlihat takut pada saat upacara bendera berlangsung, dan masih banyak lagi insiden-insiden lucu lain-nya.
Saya sebagai penulis hanya bisa tertawa kecil dalam hati melihat suasana harmonisasi bercampur humoris, lekat-nya kebersamaan akan solidaritas persaudaraan para pecinta alam dari berbagai kelompok, organisasi kemahasiswaan di Gorontalo yang melaksanakan upacara bendera dengan masyarakat adat POLAHI.
Gambar 5. Foto bersama |
Setelah upacara selesai, semua crew panitia pelaksana dan peserta yang ikut ambil bagian dalam kegiatan, berfoto bersama antara sesama rekan peserta, dan panitia. Beserta dengan masyarakat adat POLAHI yang merupakan objek paling utama hingga berakhir-nya kegiatan.
Gambar 6. Foto Bersama. |
Kesimpulan dari pesan yang bisa saya petik dalam kegiatan ini adalah :
'' Setiap Manusia punya kebebasan untuk berkreasi dan menciptakan ide-ide yang membangun inspirasi kepada siapapun, asal jangan melupakan dan merekayasa Sejarah.
Mohon maaf jika ada salah kata dan penulisan nama, tempat, lokasi kegiatan.
LIUS KRISTAN, ST
MP.XIV.07.128 / Mahapati Makassar
Salam Lestari,....
MERDEKA............................
mantap sodara (y)
BalasHapussuka ksana ulang :P :D