Dia memilih mendaki gunung daripada ikut-ikutan berpolitik praktis. Dia
memilih bersikap independen dan kritis dengan semangat bebas. Pikiran
dan kritiknya tertuang begitu produktif dalam pelbagai artikel di media
cetak.

Ia
warga Tionghoa yang beragama Katolik Roma. Leluhur Soe Hok Gie berasal
dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Tiongkok. Ayahnya bernama Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Soe Hok Gie anak
keempat dari lima bersaudara di keluarganya. Kakaknya Arief Budiman yang
seorang sosiolog dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, juga
cukup kritis dan vokal dalam politik Indonesia. Setelah tamat dari SMA
Kolese Kanisius, Soe Hok Gie kuliah di Universitas Indonesia
(1962-1969). Setelah menyelesaikan tamat, ia menjadi dosen di
almamaternya hingga kematiannya*.
(*sumber : Jakarta Greater ).
Ada sebuah kesan menarik pada saat saya menonton film Soe Hoe Gie yang ke 4x di kediaman RT 05 FT- Mapala alaska lewat laptop saat itu. Kesan menariknya ada pada saat Adegan Soe Hoek Gie yang di bintangi oleh Nicholas Saputra, didekati oleh wanita-wanita atau pada saat mengobrol dengan para sahabatnya. Beliau atau Soe Hok Gie selalu mengeluarkan kalimat ''Suka Naik Gunung" diawal pembuka obrolan lewat filmnya itu___. Whatever..????.
Sebenarnya ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa banyak orang suka naik Gunung. Tapi kali ini saya coba mengulas 2 versi pandangan manusia '' suka naik gunung''. Yang pertama pandangan ''suka naik gunung'' versi pencinta alam masa kini dan yang kedua atau terakhir pandangan versi Soe Hok Gie.
Pandangan makna '' Suka Naik Gunung" versi Pecinta Alam masa kini :
Dari beberapa teman Pecinta Alam yang pernah saya tanya, rata-rata mereka apabila di
berikan pertanyaan seperti itu. Maka kebanyakan dari mereka akan menjawab karena
naik Gunung itu bisa menghilangkan strees akibat pekerjaan yang mereka
alami.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa kalo kita "suka naik gunung",
maka kita akan lebih menghargai apa yang telah Tuhan ciptakan di dunia
ini dengan melihat pemandangan-pemandangan alam sepanjang jalan
pendakian.
Pandangan makna ''Suka Naik Gunung'' versi Soe Hok Gie :
Menurut Soe Hok Gie ketika mendaki gunung Slamet dan pertama kali, beliau menjelaskan dengan gamblang makna ''Suka naik Gunung'' bahwa :
"Kami katakan bahwa kami manusia yang tidak percaya pada slogan.
Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari Hipokrisi dan slogan-slogan.
Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal
akan objeknya. dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan
dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa
yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat.
Karena itulah kami naik gunung. Melihat alam dan rakyat dari dekat
secara wajar dan disamping itu menimbulkan daya tahan fisik yang tinggi".
Makna alasan yang bijak,nasionalis dan idealis dari Soe Hok Gie yang seorang aktivis yang sangat senang naik gunung.
Jika dihubungkan antara kedua versi ini, maka akan timbul kesimpulan bahwa :
"Versi pecinta alam adalah sebuah penjelasan peradaban dunia, dan rutinitas akan kebiasaan mereka ketika melakukan aktivitas naik gunung. Sedangkan pada Versi Soe Hok Gie, makna ''suka naik gunung'' memiliki alasan yg khusus bersifat nasionalis yang mengisyaratkan pergulatan filosofis terhadap Alam''.
Tanpa menuntut agar semua insan menjadi seorang Soe Hok-gie, saya sebagai penulis hanya
bisa berharap bahwa pemuda yang menjadi pecinta alam saat ini, dan "suka naik gunung". Dapat menjadi model seorang pejuang tanpa
pamrih baik dalam pengabdian kepada masyarakat maupun kecintaan-nya terhadap alam raya dan lingkungan sekitarnya.
Mendaki gunung memang selalu menarik, apalagi kalau sudah terlanjur
"jatuh cinta". Dari anak kecil sampai yang berusia lanjut, dari yang
opurtunis sampai yang idealis maupun yang sekedar "asal" dan yang
profesional bahkan untuk kepentingan ritual tak mampu berkelit dari
''sihirnya". Namun apapun maksud tujuan dan alasannya,.. "tanggung jawab kita-lah harus menjadi proriotas, untuk menjaga tanpa harus merusak vegetasi makhluk hidup yang ada didalam-nya pada saat mendaki gunung.
Sekian & Terima Kasih.
Lius Kristan, ST / MP.XIV.07.128
Mahapati Makassar.
Ditulis : Di Kediaman RT/05 FT Mapala Alaska Universitas Negri Gorontalo.